.comment-link {margin-left:.6em;}

>>B I T T E R - S W E E T<<

<$all review$>

Sunday, July 30, 2006

SALTUM

Okey, this is what happen just view hours ago. Some my friend has invite me to ‘some’ ceremony. Aku tidak bisa bercerita acara apa itu, cause its somebody secret not mine. Sekedar informasi, kemarin, dia bilang bahwa itu acara biasa, nggak perlu resmi banget.

Jadi, aku pikir, aku tidak perlu sibuk menyiapkan pakaian, right? Toh dia bilang itu acara biasa. Pargilah aku ke tempat yang telah ditentukan. At the right time, in the right place. Dan kemudian aku seperti mengalami serangan jantung. Semua orang *tidak ada yang seumuran-ku, I guest*, semuanya para sesepuh yang berdandan rapi dan sangat formale, O…o..oh god!oh no!!! I think they sock too, when they looked me. Aku bisa membaca gerak mata mereka…
“who is this?”
“what kind she are?”
“are u lost?”

I’m just standing there, freaking out! Oh god, this is night mare! So, I see round and there’s no body I can recognize, OKEY! this totally freaking out, I said. I pick up my phone and call somebody to join me right away. Begitu dia datang, she not laughing at me, she just smile, just ridiculous smile she had! And that’s BAD, very bad….

Mengalami semua kejadian memalukan siang tadi membuatku tertawa tolol. Aku tertawa sewaktu meninggalkan acara, pun masih tertawa sewaktu di rumah. And this is all the answer why I’m dreaming naked view time ago. Yup, I did! Dan itu membuatku terbangun dengan perasaan tidak enak, bad mood and so on.

Sebenarnya aku tidak suka datang ke acara-acara socialize dengan orang2 yang aku tidak tahu nantinya, itu kenapa aku jarang datang ke acara pesta ultah, nikahan etc. tapi sebagai wanita yang beranjak menjadi layaknya orang dewasa, aku nggak boleh donk bersikap tidak perduli, my mother told me that. Sekalinya aku nekatz datang sendiri, aku di buat malu setengah mati. Bahkan, aku duduk di salah satu pojok tergelap di acara itu, menikmati makanan sambil tersenyum tolol. Yup! I’m totally ‘naked’ this time!

who's kitchen? what kitchen?...



This is My 'SUNDAY' Kitchen, Dirty isn't?...yeah...only Sunday, i promise!!!!!!!!

my old city corner...

Thursday, July 27, 2006

ngoceh...

Room, 8.27 pm

Membaca Koran bukan pilihan yang bagus mengatasi stress! Siang tadi pengennya santai, jam istirahat aku sempatkan baca berita. Ok! Kalian pasti teriak “Baru baca Koran siang hari? Basi!”…what can I do! Sempatnya baca Cuma di kantor, kalo baca di rumah, Koran berebutan sama sodara yang lain. Sebagai manusia yang sabar, bersahaja, bijaksana, baik hati, tidak sombong dan sabar! –ok, that’s twice, I know!

Aku nggak tahu apa memang strategi newspaper seperti ini, I mean, bencana! Bencana! Criminal! Bencana! Para korup yang main drama! Perang! Bencana lagi…yow man, what’s up world? Okey, asumsi pertama, “it is newspaper strategy! I mean, semakin banyak bencana dan kesengsaraan diungkap, semakin naik oplahnya” see? Dangkal dan obvious sih, but make sense right? Kalo dipikir-pikir lagi, siapa yang bisa merekayasa bencana? That’s! un-make sense.

Asumsi kedua…there’s no 2nd assuming…, cause I’m tired

U know what? I’m sick with all man kind issues, banyak orang menjudge kenapa terjadi bencana, that’s bull shit! Kenapa setelah bencana terjadi semuanya baru bertanya Tanya? That’s sorry are for right? Do we have to be sorry for anything? When we should be satisfied for our work? semua saling tuding, bahkan yang membuat bencana juga ikut menuding, so…so ridiculous. Yang manusianya kebanyakan dosa lah, harus…bla bla bla…that’s crazy okey?! Bencana ya bencana saja, seharusnya mereka bisa lebih mensupport daripada saling menyalahkan, right? God!!! That make me sick…itu sama saja mengoceh diatas kuburan kesengsaraan.

Okey, sekarang aku juga jadi ikut-ikutan ngoceh. Hari ini just like thousand day ever, obvious, standard, no story, no news, just as simple as usual.

Ouw, I’m forgot something…

*I should tell some story about a man who so loyal to me, but I couldn’t, cause I don’t know what reason he have, period!*

GOODNIGHT

Friday, July 21, 2006

me and atta



so, u know what makes me go back home as soon as posible everyday? just to kiss his chin and bite his ear...that's all.

Thursday, July 20, 2006

another hero has born



Name : radhitya razan permana
mom name : masidah
photographer : always nuqs

my another baby has born...welcome to this weird world my man!

Sunday, July 16, 2006

my little mermaid


name : muhammad fahmi attanaya
agency : sleeper agency
koreografer : nuqs

THE CORNER


my fave place ever!!!!!....

Thursday, July 13, 2006

Choklat

Pkl. 19.00 tepat, aku ke Gramedia, untuk yang ketiga kalinya. Tadi siang, istirahat jam kantor, aku juga pergi ke Gramedia. Membeli Labirin Malam-nya Richard Oh. Buku satu-satunya yang di translate ke bahasa Indonesia. Mencari the pathfinder of love tetapi tidak ada. Selain susah dicari, kurasa buku itu nggak di translate ke Indonesia.

Atas permintaan teman, aku ke Gramedia lagi. Membeli buku Bumi Manusia-nya Pramoedya Ananta Toer. Buku sudah kudapat, tapi aku masih ingin berlama-lama di Gramedia. Menyelusuri buku sastra, aku menemukan buku berjudul CHOKLAT. Unik! Sampulnya berwarna choklat tanah dengan gambar serpihan tulang di atas tanah liat. Tulisan choklatnya berwarna putih. Bukunya menarik. Persis seperti gambaran Feby Febiola, sang komentator. Buku etty indriati ini sesuai dengan judulnya, choklat! Sifat choklat membuat kita ketagihan sampai serpihan terakhir. Ada kisah mystery dalam serpihan-serpihan kisah yang diambil. Sekilas tidak ada hubungannya. Tetapi serpihan itu menuju titik yang sama. Siapa sebenarnya Choklat!

Tempting sih, tapi aku sudah membeli Richard oh yang belum juga kuawali membacanya. Buku juga seperti choklat, membuatku benar-benar ketagihan. Tunggu aja ya, I’ll be back my CHOKLAT!

Tuesday, July 11, 2006


Sleepyhead

Omong-omong tentang tidur, yang katanya menyehatkan, membuat relax, membuat badan jadi seger ada saatnya tidur membuat kita keringetan –eit! Bukan yang ‘itu’, jangan salah! Maksud ku, tidur yang bisa bikin kaki kita pegel, badan kita ngilu dan suara kita serak.

Tidur sambil mimpi.

Mimpi dikejar hantu. Mimpi tersesat di sebuah tempat yang tidak pernah kita ketahui, mimpi berjalan di jalan lurus tak berujung, mimpi jatuh dari jurang, mimpi jadi batman –uhmm!- dreamer banget nggak sih? Or ketemu dengan orang terdekat yang sudah meninggal.

Ada sebuah kepercayaan beberapa tetua, bahwa ketika kita bertemu dengan orang terdekat yang sudah meninggal, itu berarti arwah mereka berkomunikasi dengan kita. Aku sering mimpi seperti itu. bertemu dengan bapak yang sudah meninggal hamper 5 tahun yang lalu. Kadang mimpinya terasa nyata sekali. Aku dan almarhum duduk di teras rumah. Bapak tidak berbicara apa-apa, dia hanya tersenyum sambil mendengarkan ceritaku seputar kerjaan dan hari-hari yang aku lalui.

Lucunya beberapa hari lalu. Suatu malam aku bermimpi bapak datang ke rumah. Kebetulan atta, ponakanku yang masih berumur 2 bulanan juga ada di rumah. Aku bermimpi bapak menggendong ponakanku itu sambil menangis. Setelah aku ceritakan hal itu keesokan paginya, ibu si atta bilang bahwa atta semalem juga tidak tidur. Dia mengoceh sendiri sambil tertawa-tawa nyaring. Mungkinkah atta bertemu dengan kakeknya ya? Hehehehe…kurasa hanya Allah SWT yang tahu rahasia-Nya.

Dunia manusia dan dunia gaib memang berbeda. Yang jelas gaib itu ada dan kita harus percaya.

Sunday, July 09, 2006

best thing ever...

What the best thing ever? Tanggal merah. Libur. Vacation. Doing nothing.
Tapi ternyata, libur dan tidak melakukan apa-apa juga bukan hal yang menyenangkan.
Baru saja aku menikmati setengah hari menganggur di hari sabtu, minggu pagi aku sudah capek di rumah. Bosan karena malas-malasan terus. Rencananya membuat tulisan, entah kenapa ide tidak keluar. Pengen mencoba resep baru dan kupikir-pikir lagi, u know what? Aku nggak bakat masak!

Duduk di sofa depan, aku menyebutnya pojok kemalasan. Cause tempat itu tempat yang paling menyenangkan untuk mengusir kebosanan. Tiduran sambil baca buku. Aku bisa menghabiskan 2 mug kopi seharian di sofa itu.

Sayangnya, tidak ada buku baru yang bisa dibaca. Memang waktunya beli buku. Pengennya keluar, tapi malas melakukannya. Mencoba mencari ide dari orang-orang dekat. Mengirim sms pada mereka yang hidup di kota besar macam Jakarta. Jawabannya membuat iri. “Lagi jalan sama teman-teman di mall!” “Nongkrong di café, arisan bow!”.

Gila. Bikin iri banget! Ada satu hal yang baru aku ingat tentang kenyataan hidup di kota kecil. Seorang teman pernah mengajukan asumsi bahwa orang2 yang haus kumpul-kumpul like me dari kota kecil tidak bisa membikin acara sendiri untuk bergaul. Masalahnya teman, tempat sempit menjadikan komunitas sempit. Sempitnya komunitas membuat ragam manusia dan tetek bengek pemikirannya sangat minim. Tidak banyak yang bisa digali dari kota kecil. Apalagi ngumpul-ngumpul. Banyak yang berjengit setiap kali kita membicarakan acara ngumpul. Komunitas buku semisal. Mereka yang berumuran sekite-kite ini menganggap kumpul-kumpul hanya untuk anak abg. Yang menikah malah beranggapan acara seperti itu nggak penting, nggak ada waktu, ngurus anak aja susah apalagi buat ngumpul-ngumpul. See?...

Okey, back to I hate Sunday, yes! Sometime I hate Sunday without a plan. So, pada akhirnya aku beranjak juga dari sofa. Berpakaian rapi dan pergi ke Gramedia. Disapa ramah oleh tukang parkir yang memang lama tidak bersua. Wonder why, aku dibuat kaget oleh seseorang di lantai 2. pegawai Gramedia menyapaku dari belakang. “Hallo mbak!” serunya. Yang membuatku benar2 surprising, dia seseorang yang tidak aku kenal. Aku hanya pernah bercakap-cakap dengannya dulu, bertanya tentang buku. Sebuah kejutan yang menyenangkan, kupikir. Kegembiraanya ditularkannya padaku lewat sapa’annya tadi. Makasih ya mbak yang di rebonding! Who ever u are, u make me happy to. Thanks.

Beragam manusia dan keberadaanya membuatku terhibur. Ya, di gramedia tentu saja. Aku bertemu banyak orang. Siang itu gramedia lumayan rame. Ada ibu bersama anaknya. Si anak memukuli ibunya dari belakang. Rupanya si anak capek dan minta pulang, sedangkan si ibu betah membaca kerajinan tangan dari manik-manik. Si ibu menghibur anaknya dengan berujar “ini lho dek, bagus ya manik-maniknya, mama seneng yang ini nih” kurasa hiburan itu tidak menghibur sama sekali. Si anak semakin menjadi-jadi.
Aku sendiri terkagum kagum dengan buku-buku tentang arsitek. Penataan meja makan dan ruang tidur bergaya minimalis. Aku senang dengan perpaduan warnanya yang benar-benar amazing dan indah.

Okey, ini juga membuatku jengkel. Aku menyenangi seni, dari dulu. Seni bukanlah sesuatu yang bisa didapat hanya dengan belajar. Seni adalah sesuatu yang didapat dari sense. Seseorang yang berbakat seni dan orang yang belajar seni tidak bisa disamakan. Mereka laksana 2 orang berbeda yang berpakaian sama. Seperti perancang interior ini. Keberaniannya memadukan warna dan menata ruang dengan furniture yang sesuai tidak didapatnya dengan membaca text book semata tapi lebih pada sense of art-nya.

Jadi sebenarnya apa yang membuatku jengkel? Aku merasa aku juga punya sense of art, tapi aku sering menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menemukannya. Dalam artian, belum. Not yet! Mungkin tidak saat ini. Or, well, I don’t know.

Puas membaca-baca. Baca buku dan baca tingkah laku beragam manusia yang datang ke gramedia, aku memutuskan sudah saatnya pulang. Aku tidak membeli apa2. Somebody told me this tips. “Nunk, banyak cara untuk berhemat. Salah satu caranya, don’t sweep your credit card ever!” hahahaha….buddy, the only thing I’ve ever known is, don’t bring your wallet with u! yup! Aku memang dalam tahap berhemat. Salah satu cara menuntaskan dahagaku membaca buku, membacalah di toko buku. Till 3 month, I try to not buy anything. Prioritas, menambung!

Oh iya, sebelum aku benar-benar pulang. Tukang parkir yang sudah lama kukenal di gramedia menanyakan hal lucu padaku.
t.p : “Mbak, mataku merah ya mbak?”
mbak2 : memandang matanya lebih teliti “Nggak tuh mas, mang kenapa?”
t.p : “bener nggak merah mbak?”
mbak2 : “beneran, mang kenapa sih, Begadang ya? Nonton bola pasti!”
t.p : “Nggak, maen kartu”
mbak2 : “ya elah mas..mas, Kirain kenapa!”
t.p : “Hehehehe…..”

ketika aku benar-benar sampai di rumah. Ada yang benar-benar best thing ever. Attaku yang gendut dan semakin gendut setiap harinya mengoceh nyaring. Akhirnyaaah…aku bisa melewati holiday ini dengan gembira.

BAD TEMPER

A : pernahkah kamu merasa marah tanpa alas an?
B : pernah…
A : alasannya?
B : karena tidak ada alasannya aku marah. Kadang itu terjadi. Marah tiba-tiba, sakit hati tiba-tiba, benci tiba-tiba, nggak jelas kenapa. Waktu Tanya ke diri sendiri, kenapa marah? Jawabannya nggak ada! Trus pertanyaan kedua, masih dari orang yang sama, yaitu diri sendiri. Bosan? Mungkin. Bosan apa? Nggak tahu, bosan aja. Lalu, si penanya linglung, malah ikut-ikutan marah tanpa alasan.
A : marah terjadi karena apa ya?
B : banyak. Nggak cocok bajunya, nggak bagus moodnya, nggak jelas pengen apa, nggak ngerti apa yang dipengen, marah karena disakiti seseorang, pengen tapi nggak mampu memenuhi, sirik dengan seseorang, sakit hati karena diganggu pas ngerjain sesuatu yang disenangi, gembira tanpa alasan. Banyak!
A : ada gitu gembira tanpa alasan?
B : ada, entah kenapa tiba-tiba merasa gembira. Senang. Happy sampe bisa jingkrak jingkrak. Dengerin musik misalnya. Bercanda dengan sahabat, adek, mother, seseorang. Menjadi benar-benar bahagia.
A : lalu kenapa itu juga membuatmu marah?
B : itu tadi, marah karena bergembira yang keterlaluan. Gembira membuat kita berpikir akan mengalami apa gue sampe bisa gembira kek gini? Emang sih, itu kan mitos. Karena berpikir seperti itu, apa yang dipikirkan jadi benar-benar dialami. Because that paranoid thing. Tapi logikanya, gembira itu kan candu. Ketika kita mengalami kegembiraan, kita akan berharap setiap hari kita mengalami kegembiraan yang sama, padahal itu nggak mungkin! Namanya hidup ada pasang surutnya setiap hari. Maka dari itu, ketika kita mengalami kegembiraan dan besoknya kegembiraan itu tidak segembira yang kita inginkan, kita menjadi kecewa yang teramat sangat.
A : oh, begitu ya? Sekarang masih marah?
B : masih, tapi sekarang ada alasannya.
A : kenapa lagi?
–sambil tersenyum geli-
B : karena di rumah, kopi lagi habis. Aku nggak bisa nggak minum kopi. Rasanya kepala pusing seharian.
A : itu kan sugesti, karena tidak minum kopi, yak an?
B : mungkin, yang jelas sekarang aku jengkel sekali. Pagi-pagi sekali harusnya aku sudah minum kopi.
A : kenapa nggak dibuat jalan-jalan aja?
B : ya, sudah direncanakan. Tapi nggak tahu kemana. Mungkin ke tempat yang tenang. Pemandangan hijau. Pengen sekali naik gunung. Sudah lama tidak melakukan. Rasanya pasti menyejukkan. Pikiran tenang. Nggak mikir apa-apa. Nggak menghirup racun. Tau nggak sih kalo banyak racun di dunia ini?
A : wah, nggak tau tuh. Racun apa kira-kira?
B : banyak! Racun yang bisa merusak fisik dan otak. Racun co2, udara yang banyak kuman, pembakaran knalpot yang tidak sempurna, fitnah, gossip gossip nggak penting. Banyak tuh meracuni ibu-ibu rumah tangga, termasuk aku!
A : kok mau aja diracuni?
- lagi-lagi tersenyum-
B : tepatnya bukan konteks ‘mau aja’ tapi tuntutan bersosialisasi. Sedikit-sedikit harus tau apa yang lagi in, bukan maksud untuk bergossip, Cuma biar nyambung aja kalo lagi ngobrolin ginian di kantor. Susah juga kan kalo komunitas di kantor hobbynya bergosip dan kita tidak. Pembicaraan jadi nggak nyambung. Si a ngomong artis b dan kita Cuma bengong tidak tahu harus ngomong apa. Nggak mau terlibat kok ya kesannya sombong, tidak mau bersosialisasi dan segala macam. Daripada diam sedikit-sedikit berkomentar lah, biar tidak dikatain gapsip
A : apa tuh gap sip?
B : gagap gossip
A : huahahahahaha….kayaknya sekarang sudah nggak marah, buktinya bisa becanda.
B : sudah berkurang, even kopi-addict nya masih
A : mo Tanya apa lagi ya…
B : nah, itu juga jadi alasan kenapa kadang kita marah tanpa alasan!
A : apa? Karena nggak tahu harus bertanya apa?
B : bukan, karena ketidaktahuan kenapa kita marah
A : ah, itu lagi, memang benar-benar membuatmu jengkel ya?
B : iya! Sangat!
A : sering mengalami?
B : sering! Apa kamu tidak, kita kan kembar! Dasar bodoh!
A : ah, sebenarnya aku tidak marah kalau kamu tidak memulai
B : oh, jadi kamu si miss sabar? Hah?
A : tuh kan, padahal aku menjawabnya dengan biasa saja, kenapa kamu yang marah?
B : hmm…iya ya.
A : kita lanjutin lain kali ya?
B : tuh kan! Kamu sedikit-sedikit pergi! Mo kemana?
A : tugasku sudah selesai. Kamu sudah nggak marah lagi, sekarang kamu hanya jengkel! Nikmati saja lah, hidup kan memang begitu. Harus ada pasang surut, biar semuanya berjalan sesuai aturan tuhan.
B : sialan! Ya sudah, pergi sana! Siapa yang butuh!BETE
A : see u

Obrolan maha penting antara aku dan diriku sendiri di pagi buta tanpa secangkir kopi.

Thursday, July 06, 2006

creature called 'self ego'


Thinking something…

Pernahkah kita menginginkan sesuatu so bad until we keep dreaming about it every night every day, every single day? Sampai-sampai kita bertekad untuk bisa memilikinya bagaimanapun caranya?

Pernahkah kita berpikir kita menginginkannya karena kita tidak memilikinya? Karena kita tidak pernah memiliki benda itu untuk kita sendiri?

Pernahkah kita berpikir bahwa itu semua hanya euphoria semata? Bahwa keinginan itu adalah karena kita tidak memilikinya.

Pernahkah kita merasakan kehampaan begitu kita memilikinya. Sebuah kata yang bisa diungkapkan ketika ke’punyaku’an itu datang. Rasa bosan! Seperti sebuah makanan yang memiliki tanggal kadaluarsa.

“Nunk, kamu piker kamu bisa berpuas diri dengan benda yang memang kamu inginkan begitu lama? Oh, jangan berharap! Itu hanya berlaku untuk sementara. Tunggu saja beberapa hari, kamu akan menginginkan yang lain lagi”. Itu semua benar adanya. Semua yang tadinya meluap-luap di dalam diri menguap begitu benda yang sangat diinginkan ada ditangan, betapapun berharganya benda itu.

tapi teman, itu hanya sebuah benda. Bagaimana dengan seseorang? Apakah aku termasuk orang yang pembosan? Terus terang. Aku tidak pernah mencobanya. Aku tidak pernah dekat dengan seseorang sebegitu lama. Tapi, mengingat aku tipe pembosan, bisakah aku mempertahankan seseorang begitu dalam? Hehehehe…aku tidak akan bertanya pada kalian karena aku sendiri juga tidak tahu. Bagaimana aku bisa mengharapkan orang lain menebak kita sedangkan kita sendiri tidak pernah tau apa yang terjadi pada diri sendiri. Paham maksudku? Atau pernyataan tadi terlalu berbelit belit.

Clearly, in this night. When I’m sitting alone in my bedroom. Watching TV and staring at my laptop, I wonder, what truly really me actually? What kinda girl? How long I can hold my breath at the same atmosphere? I always jumping here and there. Need this and hope that. Trying to reach something and getting bored with it. So, who is me? Sound ridiculous isn’t? asking my self? Hahahaha…admit it! Sometime we are.

Mana sih sebenarnya yang bisa diubah? Sifat atau pribadi? Kebiasaan atau pemahaman? The way we thinking? Or the way we believe in?

Sunday, July 02, 2006

^_^


In Her Shoes!

Have u ever seen those movie? Have u ever been read those book? This book and those movie are fabulous! Seperti comment gw tentang let’s standing on his shoes.

Why shoes?...
Is it because shoes is the way we stand to our feet. Meaning for all our reason why we live and who we are?

Seperti yang di kutip dalam buku, baju boleh pilih-pilih kepada tubuh siapa dia akan dipakai. Kepada tubuh yang gemuk kah or kepada tubuh yang langsing. Cocokkah dia atau dia ‘menolak’ untuk dipakai.

Beda dengan sepatu. Sepatu lebih democrat. Ia tidak memilih kepada siapa dia akan membuatmu merasa cocok. Orang gemukkah or kurus? short or tall. Dia akan membuat kaki terlihat indah kepada siapapun yang memakainya.

I like shoes!
Even I’m not that crazy! Maksudku, membeli sepatu yang bisa membuatmu tiba-tiba ‘jatuh miskin’ karena harga sepatu yang melebihi gajimu. Kalau barang elektronik lain lagi ceritanya, hehehe….

Kaki adalah alat dimana kita akan berada. Di jalur yang benar kah, jalur alternative kah or malah nekatz menempuh jalur yang salah. Jalan yang salah belum tentu membawa seseorang pada kesalahan. Dia mungkin memang menempuh jalan yang salah untuk mengambil pelajaran darinya.

Kaki…
Kaki…
Kaki…

Kaki tidak menuntut apa-apa meskipun kita bawa sejauh mungkin. Tidak pernah dirawat seperti kita memperhatikan wajah dan rambut kita. Tapi coba apa yang bisa dilakukan kaki? Dia mampu mengantarkan kita kemana otak kita meminta. Mengiyakan setiap hati berujar.

Aku sedang melihat dan berpikir tentang kaki. Small thing in our entire life. But u know what? It’s valuable.