best thing ever...
What the best thing ever? Tanggal merah. Libur. Vacation. Doing nothing.
Tapi ternyata, libur dan tidak melakukan apa-apa juga bukan hal yang menyenangkan.
Baru saja aku menikmati setengah hari menganggur di hari sabtu, minggu pagi aku sudah capek di rumah. Bosan karena malas-malasan terus. Rencananya membuat tulisan, entah kenapa ide tidak keluar. Pengen mencoba resep baru dan kupikir-pikir lagi, u know what? Aku nggak bakat masak!
Duduk di sofa depan, aku menyebutnya pojok kemalasan. Cause tempat itu tempat yang paling menyenangkan untuk mengusir kebosanan. Tiduran sambil baca buku. Aku bisa menghabiskan 2 mug kopi seharian di sofa itu.
Sayangnya, tidak ada buku baru yang bisa dibaca. Memang waktunya beli buku. Pengennya keluar, tapi malas melakukannya. Mencoba mencari ide dari orang-orang dekat. Mengirim sms pada mereka yang hidup di kota besar macam Jakarta. Jawabannya membuat iri. “Lagi jalan sama teman-teman di mall!” “Nongkrong di café, arisan bow!”.
Gila. Bikin iri banget! Ada satu hal yang baru aku ingat tentang kenyataan hidup di kota kecil. Seorang teman pernah mengajukan asumsi bahwa orang2 yang haus kumpul-kumpul like me dari kota kecil tidak bisa membikin acara sendiri untuk bergaul. Masalahnya teman, tempat sempit menjadikan komunitas sempit. Sempitnya komunitas membuat ragam manusia dan tetek bengek pemikirannya sangat minim. Tidak banyak yang bisa digali dari kota kecil. Apalagi ngumpul-ngumpul. Banyak yang berjengit setiap kali kita membicarakan acara ngumpul. Komunitas buku semisal. Mereka yang berumuran sekite-kite ini menganggap kumpul-kumpul hanya untuk anak abg. Yang menikah malah beranggapan acara seperti itu nggak penting, nggak ada waktu, ngurus anak aja susah apalagi buat ngumpul-ngumpul. See?...
Okey, back to I hate Sunday, yes! Sometime I hate Sunday without a plan. So, pada akhirnya aku beranjak juga dari sofa. Berpakaian rapi dan pergi ke Gramedia. Disapa ramah oleh tukang parkir yang memang lama tidak bersua. Wonder why, aku dibuat kaget oleh seseorang di lantai 2. pegawai Gramedia menyapaku dari belakang. “Hallo mbak!” serunya. Yang membuatku benar2 surprising, dia seseorang yang tidak aku kenal. Aku hanya pernah bercakap-cakap dengannya dulu, bertanya tentang buku. Sebuah kejutan yang menyenangkan, kupikir. Kegembiraanya ditularkannya padaku lewat sapa’annya tadi. Makasih ya mbak yang di rebonding! Who ever u are, u make me happy to. Thanks.
Beragam manusia dan keberadaanya membuatku terhibur. Ya, di gramedia tentu saja. Aku bertemu banyak orang. Siang itu gramedia lumayan rame. Ada ibu bersama anaknya. Si anak memukuli ibunya dari belakang. Rupanya si anak capek dan minta pulang, sedangkan si ibu betah membaca kerajinan tangan dari manik-manik. Si ibu menghibur anaknya dengan berujar “ini lho dek, bagus ya manik-maniknya, mama seneng yang ini nih” kurasa hiburan itu tidak menghibur sama sekali. Si anak semakin menjadi-jadi.
Aku sendiri terkagum kagum dengan buku-buku tentang arsitek. Penataan meja makan dan ruang tidur bergaya minimalis. Aku senang dengan perpaduan warnanya yang benar-benar amazing dan indah.
Okey, ini juga membuatku jengkel. Aku menyenangi seni, dari dulu. Seni bukanlah sesuatu yang bisa didapat hanya dengan belajar. Seni adalah sesuatu yang didapat dari sense. Seseorang yang berbakat seni dan orang yang belajar seni tidak bisa disamakan. Mereka laksana 2 orang berbeda yang berpakaian sama. Seperti perancang interior ini. Keberaniannya memadukan warna dan menata ruang dengan furniture yang sesuai tidak didapatnya dengan membaca text book semata tapi lebih pada sense of art-nya.
Jadi sebenarnya apa yang membuatku jengkel? Aku merasa aku juga punya sense of art, tapi aku sering menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menemukannya. Dalam artian, belum. Not yet! Mungkin tidak saat ini. Or, well, I don’t know.
Puas membaca-baca. Baca buku dan baca tingkah laku beragam manusia yang datang ke gramedia, aku memutuskan sudah saatnya pulang. Aku tidak membeli apa2. Somebody told me this tips. “Nunk, banyak cara untuk berhemat. Salah satu caranya, don’t sweep your credit card ever!” hahahaha….buddy, the only thing I’ve ever known is, don’t bring your wallet with u! yup! Aku memang dalam tahap berhemat. Salah satu cara menuntaskan dahagaku membaca buku, membacalah di toko buku. Till 3 month, I try to not buy anything. Prioritas, menambung!
Oh iya, sebelum aku benar-benar pulang. Tukang parkir yang sudah lama kukenal di gramedia menanyakan hal lucu padaku.
t.p : “Mbak, mataku merah ya mbak?”
mbak2 : memandang matanya lebih teliti “Nggak tuh mas, mang kenapa?”
t.p : “bener nggak merah mbak?”
mbak2 : “beneran, mang kenapa sih, Begadang ya? Nonton bola pasti!”
t.p : “Nggak, maen kartu”
mbak2 : “ya elah mas..mas, Kirain kenapa!”
t.p : “Hehehehe…..”
ketika aku benar-benar sampai di rumah. Ada yang benar-benar best thing ever. Attaku yang gendut dan semakin gendut setiap harinya mengoceh nyaring. Akhirnyaaah…aku bisa melewati holiday ini dengan gembira.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home