A novel by Syamedi Dean

L.S.D.F & J.P.V.F.K
A novel by Syahmedi Dean
Ada sebuah kata yang menarik minat saya tentang jenjang social yang ada di lingkungan dunia saya. yang berada di bawah tidak akan tahu apa yang terjadi diatas. Yang berada diatas enggan untuk menunduk ke bawah. dan berada ditengah-tengah adalah pengecualian.
Menjadi masyarakat bawah ada enaknya. Dia nggak perlu melirik sana sini, tergiur oleh sesuatu dan melakukan segala cara untuk mendapatkan sesuatu itu. Menjadi masyarakat atas sebaliknya. Selalu dikejar untuk bisa mendapatkan lebih dan lebih. Karena semakin dia diatas semakin kencang angin mendera. Melecut keberaniannya, mencambuk cengkeramannya. Pilihannya hanya dua, berusaha lebih keras atau meluncur kebawah.
Menjadi masyarakat abstain juga susah-susah gampang. Manusia yang tahu rasanya mobil tidak akan mau mengendarai becak. Yang sudah merasakan rasanya pahit juga akan enggan untuk mencicipi kembali. Tapi dia tidak ingin dipecut. Dia tidak ingin menjual moral dengan sesuatu yang abstrak. Dia hanya ingin menikmati gambaran di luar jendela dengan secangkir kopi manis. Walo pahit tapi masih ada manisnya.
Inilah buku yang bisa membuat saya menulis coretan ini dalam blog saya. buku ini completely aboout how’s to be hedon! Gila Brand –yup, it is-. Antara fashion addict, metro society and being reality. Bagi masyarakat bawah seperti saya, membaca buku ini seperti melihat sungai yang mengalir ke atas –is it possible?-
Apakah ada orang yang akan membeli sebuah sepatu dengan 29 juta? Some hedonis society said
“oh Dhaghling…where have u been?”
Padahal kalau saya di dalam toko sepatu dan melihat sepatu yang saya suka berlabel 1,5 jt, saya akan membolak balik sepatu itu, dimana letak emas itu berada? Di lapisan sol nya? Harga 1,5 jt hanya untuk sepasang sepatu pasti ada sesuatu yang membuatnya istimewa right? Something called precious. Berharga bagi saya adalah sesuatu yang bernilai lebih nantinya, bukan semakin umur hanya menjadi barang bekas.
Tapi saya mencoba realistis. Saya tidak hidup di hedonis society seperti mereka. mungkin benar kata orang tua bilang, semakin banyak pendapatan akan semakin banyak pengeluaran. Berpenghasilan 20 jt sebulan mungkin akan menganggap mengeluarkan uang 1,5 jt tidak ada apa-apanya. Right?
Yang aneh adalah orang yang maksa. Hanya ingin diterima di dunia hedon, dia rela menjual precious dirinya dengan sebuah harga. Bukankah itu tidak bisa dinilai dengan materi? Bukankah diri tidak bisa diberi label harga?
Sok suci adalah merasa dirinya suci padahal kenyataannya dia juga melakukan itu.
Berpikir lurus adalah menempatkan sesuatunya pada 2 hal yang jelas. Benar dan salah. Nggak bisa ditawar, nggak bisa dinego.
Syahmedi Dean inspirited me that way…..
0 Comments:
Post a Comment
<< Home