SEPENGGAL HARI DAN LEMON TEA
Dia menyalakan sebatang rokok, tak berapa lama menghembuskannya ke udara. Aku masih terdiam, menunggunya mengucapkan sepatah kata ketika ia berpaling ke arahku.
“sebaiknya gimana?”
“hmm, mas yakin?”
“I don’t know!tapii apa lagi yang aku tunggu? Kemapanan? Pasangan? Semuanya sudah ada”
“aku rasa bukan itu jawabannya”
“lalu?”
aku menghembuskan nafas, menumpukan kakiku dan berpikir, bagaimana merangkai kata-kata yang terbaik.
“apa yang kamu pikirkan nunk?”
“entahlah, aku juga nggak yakin. Mas kan tau, aku belum sampai tahap ini”
“iya, tapi biasanya kamu bisa diajak bertukar pikiran”
aku mencondongkan tubuhku ke depan, menumpukan kedua siku diatas meja. Setetes demi setetes bulir-bulir embun di permukaan gelas meleleh, membasahi meja. Mata laki-laki di depanku ini menatapku tajam dan tak sabar.
“kamu tau kenapa aku bertanya padamu? Karena aku juga tidak yakin!” lanjutnya, kembali menghembuskan asap sambil memalingkan muka, menghindari wajahku.
“ya sudah tau, kan tadi dah bilang. That’s why u ask me right?”
“jelas! Bayangkan, Dulu kita bisa main sampe larut malam, nggak ada yang bikin mereka khawatir. Main ya main aja! mo jalan2 sampe pagi nggak masalah! Tapi melihat teman2ku sekarang, suasananya jadi beda. Pergi malem dikit, buru-buru pulang. Alasannya-sorry prend, ntar bojo ku sewot-”
“ya kalo disamakan antara bujang dan menikah, jadi nggak ada bedanya doonk!” protesku cempreng.
Dia tersenyum miring, ~aku wondering~ sebenarnya dia ini cowok baik2 apa preman sih! Ad codetnya lagi..hhh..
“nah itu kali yang terlintas di otakku” jawabku tiba-tiba.
“apa?”
“ituu..yg aku maksud kesiapan mas itu!”
“iya! bener juga, apa itu yang ada di pikiranmu?”
“aku?”
“iyaa!!”
“mm..maybe”
“aneh!”
“emang, aku sendiri smtime ngerasa gitu”
“kenapa sama kakang mas yang sekarang?”
“eit, sorry! can’t tell u. ME! The problem solving- not u!”
“hahahaha…kenapa sih? Not the one and only?”
“u know, mencari pacar itu mudah, tapi menemukan suami itu sulit! Sangat sulit!”
“mo yang kek apa?”
“gak tau, mungkin yang bisa bikin aku teriak ~marry me quick!~”
“dasar preman woman! Jadi gimana nih?”
“saranku, jangan takut untuk menikah mas! kadang dua kepala itu lebih baik daripada satu”
“maksudnya?”
“u know what, semakin umur, semakin banyak yang kita pikirkan, semakin banyak masalah yang secara sadar atau tidak sadar telah kita lakukan. Itulah kenapa tuhan menciptakan kita berpasangan. Karena kalian kaum lelaki memiliki cara pandang yang berbeda dengan kami kaum wanita.~istilahnya MELENGKAPI~!terkadang perbedaan itu membuatmu merasa nyaman untuk menceritakan segalanya, masalah kek gini bisa emang di curhatin ma laki? Toh mas sekarang curhat ke aku!”
“ehmm..yah. jujur, aku nggak enak ngerepotin kamu terus” ucapnya kikuk. Aku terkekeh..
“lebih baik aku kuliah lagi keknya”timpalku.
~wajah berpikir~
“buat apa?”
“jadi psikolog! Kan enak, nggak gratisan kek gini”
“sialan! Dasar cewek komersil”
“nunk yang baik hati, kreatif, problem solver bangedh, sabar..”
“eh udah-udah!”
“WELL! SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU YA mas!”
“aku belum memutuskan kok”
“alaah…apalagi yang mas tunggu? Yuk pulang! udah cari cincinnya belum?”
“belum”
“mo cari sekarang? Liat2 dulu aja, ntar kukomentari deh”
“uhmm..nunk, thanks ya”
“ya, thank u also”
“untuk apa?”
“lemon tea”
1 TAHUN KEMUDIAN
dia mencari-cari sesuatu di meja kerjanya. memandangnya sekarang. Kerut wajahnya tidak lagi memancarkan senyuman, bibir itu tak lagi melontarkan canda. Yang dia pikirkan hanya materi, materi dan istri. Aku kagum sekaligus takut! Kagum karena Dia telah menjadi suami yang bertanggung jawab. Takut karena begitu besar pernikahan bisa mengubah seseorang. Mungkin memang Dunia harus berputar dan semuanya akan berubah. Bukankah kita tidak lagi pada urutan angka yang sama? Begitu kan nunk? Take a look at u! Is not the same person who i saw 13 years ago. U change! Everybody change!
“YEAH? WELL, OK! BUT THOSE WORLD STILL MAKE ME FREAK OUT!”
Dia menyalakan sebatang rokok, tak berapa lama menghembuskannya ke udara. Aku masih terdiam, menunggunya mengucapkan sepatah kata ketika ia berpaling ke arahku.
“sebaiknya gimana?”
“hmm, mas yakin?”
“I don’t know!tapii apa lagi yang aku tunggu? Kemapanan? Pasangan? Semuanya sudah ada”
“aku rasa bukan itu jawabannya”
“lalu?”
aku menghembuskan nafas, menumpukan kakiku dan berpikir, bagaimana merangkai kata-kata yang terbaik.
“apa yang kamu pikirkan nunk?”
“entahlah, aku juga nggak yakin. Mas kan tau, aku belum sampai tahap ini”
“iya, tapi biasanya kamu bisa diajak bertukar pikiran”
aku mencondongkan tubuhku ke depan, menumpukan kedua siku diatas meja. Setetes demi setetes bulir-bulir embun di permukaan gelas meleleh, membasahi meja. Mata laki-laki di depanku ini menatapku tajam dan tak sabar.
“kamu tau kenapa aku bertanya padamu? Karena aku juga tidak yakin!” lanjutnya, kembali menghembuskan asap sambil memalingkan muka, menghindari wajahku.
“ya sudah tau, kan tadi dah bilang. That’s why u ask me right?”
“jelas! Bayangkan, Dulu kita bisa main sampe larut malam, nggak ada yang bikin mereka khawatir. Main ya main aja! mo jalan2 sampe pagi nggak masalah! Tapi melihat teman2ku sekarang, suasananya jadi beda. Pergi malem dikit, buru-buru pulang. Alasannya-sorry prend, ntar bojo ku sewot-”
“ya kalo disamakan antara bujang dan menikah, jadi nggak ada bedanya doonk!” protesku cempreng.
Dia tersenyum miring, ~aku wondering~ sebenarnya dia ini cowok baik2 apa preman sih! Ad codetnya lagi..hhh..
“nah itu kali yang terlintas di otakku” jawabku tiba-tiba.
“apa?”
“ituu..yg aku maksud kesiapan mas itu!”
“iya! bener juga, apa itu yang ada di pikiranmu?”
“aku?”
“iyaa!!”
“mm..maybe”
“aneh!”
“emang, aku sendiri smtime ngerasa gitu”
“kenapa sama kakang mas yang sekarang?”
“eit, sorry! can’t tell u. ME! The problem solving- not u!”
“hahahaha…kenapa sih? Not the one and only?”
“u know, mencari pacar itu mudah, tapi menemukan suami itu sulit! Sangat sulit!”
“mo yang kek apa?”
“gak tau, mungkin yang bisa bikin aku teriak ~marry me quick!~”
“dasar preman woman! Jadi gimana nih?”
“saranku, jangan takut untuk menikah mas! kadang dua kepala itu lebih baik daripada satu”
“maksudnya?”
“u know what, semakin umur, semakin banyak yang kita pikirkan, semakin banyak masalah yang secara sadar atau tidak sadar telah kita lakukan. Itulah kenapa tuhan menciptakan kita berpasangan. Karena kalian kaum lelaki memiliki cara pandang yang berbeda dengan kami kaum wanita.~istilahnya MELENGKAPI~!terkadang perbedaan itu membuatmu merasa nyaman untuk menceritakan segalanya, masalah kek gini bisa emang di curhatin ma laki? Toh mas sekarang curhat ke aku!”
“ehmm..yah. jujur, aku nggak enak ngerepotin kamu terus” ucapnya kikuk. Aku terkekeh..
“lebih baik aku kuliah lagi keknya”timpalku.
~wajah berpikir~
“buat apa?”
“jadi psikolog! Kan enak, nggak gratisan kek gini”
“sialan! Dasar cewek komersil”
“nunk yang baik hati, kreatif, problem solver bangedh, sabar..”
“eh udah-udah!”
“WELL! SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU YA mas!”
“aku belum memutuskan kok”
“alaah…apalagi yang mas tunggu? Yuk pulang! udah cari cincinnya belum?”
“belum”
“mo cari sekarang? Liat2 dulu aja, ntar kukomentari deh”
“uhmm..nunk, thanks ya”
“ya, thank u also”
“untuk apa?”
“lemon tea”
1 TAHUN KEMUDIAN
dia mencari-cari sesuatu di meja kerjanya. memandangnya sekarang. Kerut wajahnya tidak lagi memancarkan senyuman, bibir itu tak lagi melontarkan canda. Yang dia pikirkan hanya materi, materi dan istri. Aku kagum sekaligus takut! Kagum karena Dia telah menjadi suami yang bertanggung jawab. Takut karena begitu besar pernikahan bisa mengubah seseorang. Mungkin memang Dunia harus berputar dan semuanya akan berubah. Bukankah kita tidak lagi pada urutan angka yang sama? Begitu kan nunk? Take a look at u! Is not the same person who i saw 13 years ago. U change! Everybody change!
“YEAH? WELL, OK! BUT THOSE WORLD STILL MAKE ME FREAK OUT!”
0 Comments:
Post a Comment
<< Home